HPS 2017 Surat Gembala Mgr Robertus Rubiyatmoko
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Hari Pangan Sedunia (HPS) diperingati setiap tanggal 16 Oktober.
Peringatan HPS merupakan salah satu resolusi atau putusan bersama Konferensi
Negara-negara anggota Food and Agricultural Organization (FAO) yang
diselenggarakan pada bulan November 1976 di Roma. Sebagai resolusi bersama,
Negara-negara anggota FAO, termasuk Indonesia, mulai memperingati HPS semenjak
tahun 1981. Namun demikian, Gereja Katolik di Indonesia mulai turut serta dalam
gerakan peringatan HPS semenjak 16 Oktober 1982.
Hari Pangan Sedunia diperingati sebagai momentum untuk
bersama-sama peduli dan mau terlibat dalam keprihatinan dan usaha menangani
masalah pangan, terutama persoalan kelaparan, kekurangan gizi, dan kemiskinan
yang terjadi di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Melalui
peringatan dan gerakan HPS, masyarakat dunia, termasuk Gereja, diajak untuk ambil
bagian dalam gerakan solidaritas kemanusiaan untuk membangun kedaulatan dan
ketahanan pangan demi kesejahteraan hidup bersama.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Berkaitan dengan peringatan dan gerakan HPS, Konferensi Wali
Gereja Indonesia (KWI) mengajak seluruh umat katolik di Indonesia pada tahun
2016-2018 menitikberatkan perhatian pada tema “Penguatan Pangan Keluarga Demi
Kesejahteraan Hidup Bersama”. Selain perhatian pada upaya penguatan pangan,
perhatian kepada keluarga dipilih karena keluarga adalah “sel pertama dan
sangat penting bagi masyarakat” (bdk. Familiaris Concortio art. 42). Oleh
karena itu, pada peringatan dan gerakan HPS tahun 2016 dimunculkan tema:
“Penguatan Pangan Berbasis Keluarga”. Dengan tema ini, setiap keluarga katolik
diajak untuk membangun kesadaran akan pentingnya kecukupan dan ketersediaan
pangan, serta mengembangkan solidaritas pangan berbasis keluarga.
Pada tahun 2017 ini, peringatan dan gerakan HPS secara khusus
mengolah tema “Membangun Gizi Keluarga”. Dengan tema ini, Gereja mengajak
seluruh umat katolik di Indonesia, terutama melalui keluarga, memberi perhatian
dan turut ambil bagian dalam usaha membangun kualitas hidup manusia dengan
ketercukupan gizi bagi seluruh anggota keluarga dan membangun solidaritas
sosial, dengan tulus membantu mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Undangan untuk mau terlibat aktif dalam usaha mewujudkan
kesejahteraan bersama juga dapat kita renungkan melalui sabda Tuhan yang kita
dengarkan hari ini. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajar tentang
Kerajaan Allah dan undangan bagi siapa pun juga untuk terlibat dalam usaha
membangun dan mewartakan Kerajaan Allah. Yesus bersabda, “Hal Kerajaan Surga
itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya.” ( Mat
22:2) Allah digambarkan sebagai seorang Raja yang telah mempersiapkan segala
sesuatu yang perlu untuk berbagi kegembiraan bersama dengan para tamu undangan
dalam perjamuan nikah anaknya. Walaupun kecewa karena para tamu undangan tidak datang,
sang Raja tetap sabar dan ingin berbagi kegembiraan. Maka, ia menyuruh para
hambanya: “Perjamuan nikah telah tersedia, tetapi yang diundang tidak layak
untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah
setiap orang yang kalian jumpai di sana ke perjamuan ini” (Mat 22:8-9).
Merenungkan sabda Tuhan hari ini, pantaslah kita bersyukur atas panggilan dan
perutusan kita. Sebagai murid-murid Yesus Kristus, kita dipanggil dan diutus
mewujudkan dan mewartakan Kerajaan Allah dalam kehidupan kita sehari-hari
dengan tekad yang sungguh-sungguh. Kesungguhan tekad ini digambarkan secara
konkret dalam upaya mengenakan pakaian pesta pada saat perjamuan.
Dalam perjamuan pesta seperti digambarkan dalam bacaan Injil,
tentu di sana terdapat banyak hidangan yang disajikan. Apa yang disajikan itu
berasal dari bumi yang diberikan kepada manusia sebagai anugerah untuk kita
syukuri. Kita patut bersyukur karena Allah telah mempercayakan
anugerah-anugerah itu untuk kita pelihara, kelola dan kembangkan dengan baik.
Sebab semuanya itu memberikan manfaat untuk hidup kita. Maka salah satu cara
menyukuri anugerah hidup adalah dengan sepenuh hati memelihara dan meningkatkan
kualitas hidup manusiawi kita dan sesama. “Allah menghendaki, supaya bumi
beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga
harta-benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua orang,
berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cinta kasih (bdk. Gaudium et Spes
art. 69).
Tanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan kualitas hidup
manusiawi tidak cukup sebatas mengupayakan ketersediaan pangan supaya tidak
terjadi kelaparan. Tekad dan niat untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas
hidup manusia dapat diwujudkan dengan meningkatkan kualitas gizi dari pemenuhan
kebutuhan pangan kita, mulai dari komunitas kita yang paling kecil, yakni
keluarga.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Banyak hal yang bisa kita buat sebagai bentuk gerakan bersama di
tengah keluarga untuk membangun kualitas gizi bagi seluruh anggota keluarga dan
mewujudkan solidaritas kita terhadap siapa pun di sekitar kita yang kelaparan
dan menderita gizi buruk. Di tengah keluarga, kita dapat mengupayakan
ketercukupan makanan yang bergizi seimbang. Makanan yang bergizi seimbang tidak
selalu identik dengan makanan yang mahal dan bergaya modern. Setiap keluarga
dapat mulai dengan mengupayakan makanan yang sehat dan bergizi seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh masing-masing.
Dulu kita akrab dengan slogan “empat sehat, lima sempurna” yang terdiri
dari 1) makanan pokok, 2) lauk-pauk, 3) sayur-sayuran, 4) buah-buahan, dan 5)
susu sebagai konsep makanan bergizi bagi keluarga. Seiring dengan perkembangan
zaman dan munculnya berbagai macam persoalan kesehatan, konsep makanan “empat
sehat, lima sempurna” tidaklah cukup untuk menjawab persoalan mengenai
kebutuhan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Sejak tahun 1994, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, melalui Direktorat Bina Gizi
Masyarakatmengingatkan perlunya keluarga-keluarga mengupayakan keterpenuhan
gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia, jenis kelamin,
kesehatan, maupun aktivitas fisik seseorang dengan tetap memperhatikan
kombinasi kebutuhan akan sumber zat tenaga (padi-padian, umbi-umbian,
tepung-tepungan), sumber zat pengatur (sayur-sayuran dan buah-buahan), serta
sumber zat pembangun (baik protein nabati maupun hewani).
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Melalui peringatan HPS kali ini, marilah kita bersyukur atas
kelimpahan rahmat Tuhan dan bersama keluarga kita masing-masing berusaha
membangun kualitas hidup yang lebih baik dengan memperhatikan dan mengupayakan
kualitas gizi yang seimbang. Hal ini kita usahakan dengan tanpa meninggalkan
keutamanan hidup kristiani yang mau berbelarasa dan solider terhadap saudara-saudari
kita yang berkekurangan. Semoga dengan belarasa dan solidaritas ini,
saudara-saudari kita pun bisa memenuhi kebutuhan mereka akan makanan yang sehat
dan bergizi. Pada kesempatan ini marilah kita bersyukur karena para petani dan
peternak dengan tekun dan sabar mengupayakan ketersediaan pangan untuk kita
semua. Semoga mereka senantiasa dilimpahi rahmat kesehatan dan kesejahteraan.
Kita berdoa dan berupaya semoga keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas
senantiasa mengupayakan gizi yang baik bagi anggota-anggotanya. Semoga Allah
dalam kemurahanNya senantiasa melimpahkan berkat untuk kita semua, supaya
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku.
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemulianNya dalam
Kristus Yesus” (Flp 4:13-14.19)
Semarang, 7 Oktober 2017
Pada Peringatan St. Perawan Maria Ratuj&sario – Pelindung Gereja Katedral Semarang
Pada Peringatan St. Perawan Maria Ratuj&sario – Pelindung Gereja Katedral Semarang
Mgr Robertus Rubiyatmoko
Komentar
Posting Komentar